Jurnal6 Manado – Musim kemarau yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Utara selang tiga bulan terakhir ini dikhawatirkan berpengaruh terhadap produksi pertanian terutama tanaman padi yang bergantung pada ketersediaan air.
Kondisi tersebut mendapat perhatian khusus ketua komisi II DPRD Sulut Cindy Wurangian dengan menghimbau dinas Pertanian dan Peternakan tetap melakukan pendampingan bagi petani terutama penyuluhan dalam hal pengolahan lahan agar produksi pertanian di daerah ini tetap terjaga.
Meski diakuinya kemarau panjang bukan hal baru di Sulut terlebih menurutnya para petani sudah tahu apa yang paling baik dilakukan, namun peran instansi terkait sangat dibutuhkan.
“ Pertanyaannya, apakah mereka siap atau mampu melakukan langkah – langkah antisipatif tersebut. Disinilah dinas dapat berperan. Dinas adalah instansi yang paling memahami permasalahan yang dihadapi para petani. Jika memang ada kepedulian dan niat, dinas dapat bersama para petani dapat mempersiapkan diri menghadapi kemarau panjang, “ imbuhnya.
Terkait hal tersebut, Kepala dinas Pertanian dan Peternakan Sulut Ir. Ir Novly Wowiling MSi saat dikonfirmasi Kamis (29/8-2019) mengatakan pihaknya sangat memahami perhatian terutama kekhawatiran akan dampak musim kemarau bagi petani.
Untuk Sulut sendiri diakuinya sudah merasakan dampak musim kemarau sekalipun dibandingkan dengan propinsi lain, wilayah Sulut masih ada curah hujan meski hanya sesekali dengan intesitas kurang.
Namun dengan adanya pendampingan dan penyuluhan yang dilakukan Dinas Pertanian secara terus menerus kepada petani sehingga bisa dikatakan produksi pertanian didaerah ini tetap terjaga.
“ Kami sudah lakukan antisipasi antara Dinas dan para petani karena mereka juga memahami bahwa musim kemarau ini adalah pola tahunan dimana dalam pola tersebut diistilahkan musim menurut bulan. Artinya dari pengalaman yang ada,musim panas ini terjadi pada medio Juni sampai September. Rata-rata polanya tetap meski sedikit ada perubahan karena pengaruh perubahan iklim, tetapi kulturnya terjadi disekitar bulan itu,” terang Wowiling.
Ditambahkannya para petani bahkan sudah sangat menyadari pola musim menurut waktu menurut bulan sehingga mereka sudah melakukan antisipatif bersama dengan dinas ,sehingga aktifitas tanam dilakukan pada musim hujan.
“Sebagai contoh produksi pertanian kita saat ini masih tercukupi meski dengan kondisi yang ada sekarang dengan indikasi harga dan kemudahan mengakses produksi. Bahkan aktifitas di lapangan pada musim panas ini petani malah melakukan panen karena mereka mengejar pola musim itu. Kami juga menghimbau petani agar melakukan penanaman di musim hujan,dan itu sudah mereka lakukan,”tambahnya.
Yang terbaik dilakukan petani saat musim kemarau menurut Wowiling adalah melakukan persiapan pengolahan lahan sehingga pada saat musim hujan tiba lahan tersebut sudah siap tanam.
Sementara upaya sosialisasi kepada petani dalam menghadapi musim kemarau terus dilakukan bekerjasama dengan kabupaten/kota termasuk bagaimana membijaksanai dengan memberikan pemahaman kepada petani untuk alternatif tanaman yang tahan terhadap musim kemarau.
“ Contohnya varitas padi ladang yang tahan terhadap kekeringan dan bisa ditanam dilahan tanpa air,namun harus diwaspadai juga kalau musim kemarau terus berkepanjangan ini juga harus hati hati meski tanaman ini tidak membutuhkan air seperti padi sawah.” terangnya.
Sebagai langkah antisipatif lainnya pihaknya juga juga bekerjasama dengan TNI untuk mendukung program pertanian sekaligus melakukan pendampingan kepada petani sampai di level desa guna menghadapi musim kemarau terutama dalam penanganan kekeringan tanaman melaui penyaluran pompa air sepanjang di lokasi lahan tersebut memiliki ketersediaan air .
Untuk itu dirinya menghimbau para petani yang melakukan penanaman di musim kemarau agar memperhatikan ketersediaan sumber air di sekitar arel lahan agar memudahkan dalam penyaluran bantuan pompa air seperti yang dilakukan selama ini. (stem)