Universitas Sam Ratulangi Jadi Tuan Rumah Kuliah Umum Lemhannas RI

Manado118 views

Jurnal6.com – MENDAPAT kepercayaan pemerintah, Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) menjadi tuan rumah kuliah umum dari Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, atau Lemhannas RI. Kuliah umum ini bertempat di Auditorium Unsrat, Selasa (6/6/2023).

Tema yang diangkat, Kompetisi Hegemoni Pancasila dan Indonesia 2045. Jubir Unsrat, Dr Max Rembang mengatakan sangat bangga Lemhannas RI memilih Unsrat jadi tuan rumah.

“Ini program Lemhannas bukan program kita, kita diminta jadi tuang rumah tentu kami bangga dan senang,” kata Max

Max menjelaskan yang ikut dalam kegiatan ini ada beberapa Universitas antara lain UNPI Manado, De La Salle Manado, Polimdo dan IPDN Manado.

“Jadi kegiatan ini pesertanya adalah dosen-dosen serta mahasiswa dari beberapa Universitas di Manado,” ujar Max.

Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto menjadi pemateri dalam kegiatan kuliah umum serta sosialisasi yang membahas tentang program-program yang dilakuan oleh Lemhannas untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. Dan juga bagaimana Indonesia harus membuka diri terhadap tantangan ke depan.

Dikatakan Andi, Indonesia berada di dua kekuatan di selatan ada China di Utara ada Amerika. Di tahun 2023, kekuatan ekonomi akan ke China dan pasti akan mempengaruhi kekuatan politik dan kekuatan politik akan ditunjang oleh kekuatan pertahanan. Oleh karena itu Indonesia posisi sangat strategis.

Meski demikian, Pancasila bisa menjadi benteng bagi Indonesia dalam menghadapi pertarungan global. Namun, dia mengingatkan, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki agar Pancasila semakin kokoh sebagai benteng Indonesia.

Salah satu poin yang ditegaskan Andi dalam materi orasinya adalah agregat indeks global yang mengukur isu-isu prioritas Pancasila yang menunjukkan posisi Indonesia belum optimal.

Menurut analisis Andi, pemetaan global menunjukkan posisi Indonesia masih berada pada posisi sedang.

Gubernur Lemhannas menekankan masih terdapat penerapan isu di tingkat nasional yang berada di bawah rerata standar global. Secara khusus, pelaksanaan isu-isu prioritas di sila kesatu dan kelima memiliki jarak paling signifikan dengan rerata global.

“Cara kami di Lemhannas, ini sedang dikaji, kami membawa sila-sila Pancasila menjadi ukuran kuantitatif yang ada indeksnya secara global, sehingga kami tahu posisi Indonesia itu seperti apa,” tuturnya.

Dari lima sila yang disandingkan dengan indeks geopolitik global, ujar Andi, sila pertama yang masih buruk. Menurut Andi, di situ ada indeks tentang kebebasan beragama yang masih di bawah rata-rata global.

“Di situ juga ada indeks tentang kebencian sosial karena faktor identitas agama yang di bawah rata-rata global,” kata Gubernur Lemhannas.

Di sisi lain, menurut Andi, Indonesia telah melaksanakan sila keempat dengan relatif baik ketika dibandingkan dengan rerata standar global. Kemudian, posisi Indonesia pada pelaksanaan isu-isu di sila kedua dan ketiga cenderung berada di sekitar ambang batas rerata global.

“Kita semua berharap Pancasila akan terus menjadi ideology pemersatu anak bangsa yang pluralisme ini dan tentunya kita semua harus menjadi marwah dari Pancasila agar Indonesia semakin maju dan jaya di masa depan,” kuncinya. (*lla)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *