Rumah dan Tempat Usaha Ferdinand Eman Diserang Pakai Tombak, Parang dan Batu, Polres Tomohon Dinilai Lamban

Manado, Jurnal6.com

Aksi brutal dilakukan sekelompok warga di Desa Sendangan, Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa. Penyerangan dengan menggunakan tombak, parang dan batu, menyasar rumah milik Ferdinand Eman dan tempat usaha yang dia kelola. Akibatnya, korban serangan senjata tajam dan lemparan batu pun berjatuhan.

Dua kali serangan hanya dalam tempo 2 minggu di rumah dan tempat usaha yang dikelola Ferdinand Eman, memunculkan sorotan masyarakat. Warga heran, polisi tidak berkutik dengan aksi premanisme di Desa Sendangan.

Menurut Ferdinand Eman, melalui kuasa hukumnya, Deymer Malonda SH, dua kali kejadian berdarah ini terjadi karena ketidaksigapan pihak kepolisian.

“Sangat disesali pihak kepolisian tidak melakukan tugasnya dengan baik, melainkan turut tampil di berbagai media cetak dan media buzzer, di media sosial menyebarkan informasi yang tidak sesuai atas peristiwa berdarah ini di Sonder. Sampai saat ini tidak ada aksi nyata aparat kepolisian menetapkan keadilan peristiwa di Sonder, akibat kurang cepatnya penanganan dan respond dari aparat hukum sehingga, peristiwa ini terus berlanjut,” terang Deymer Malonda.

Pada kejadian pertama, sekelompok warga menyerang rumah milik Ferdinand Eman di Desa Sendangan dengan batu. Akibat serangan itu kaca rumah Ferdinand Eman hancur dan dua orang penjaga rumah luka robek di bagian kepala, seorang lagi luka terbuka di bagian tangan.

Dalam rekaman video, terlihat para penyerang membawa parang sambil berteriak. Suara keras kaca jendela yang pecah pun terdengar cukup menakutkan.

“Ada Videonya. Para penyerang membawa parang, berteriak-teriak sambil melempar rumah saya dengan batu,” aku Ferdinand Eman, Rabu (15/2/2023).

Setelah kejadian itu, Ferdinand Eman membuat laporan polisi. Namun, informasi yang dia peroleh, para penyerang itu sudah dilepaskan lagi dengan alasan tidak ada laporan dari korban.

“Pihak kepolisian melepaskan 3 orang terduga tersangka yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Berdalih alasan salah seorang polisi mengatakan korban belum melakukan pelaporan polisi, padahal pengacara korban sudah membuat laporan dan sudah ada bukti surat laporan polisinya,” papar Deymer Malonda.

Sikap lunak pihak kepolisian terhadap para penyerang rumah Ferdinand Eman, membawa petaka lanjutan. Pada Sabtu (11/2/2023), sekelompok warga kembali menyerang aset yang dikelola Ferdinand Eman.

Serangan kedua itu diduga diotaki RE. Penyerangan dilakukan di tempat wisata Taman Eman. Dua orang preman berinisial Jd dan VL menyerang para pekerja di lokasi wisata PT Wisata Sonder dengan menggunakan sajam dan tombak.

Serangan brutal kedua itu kembali mengakibatkan jatuhnya korban. Pihak Ferdinand Eman kembali membuat laporan kepolisian untuk ketigakalinya.

Dijelaskan Ferdinand Eman, seandainya pihak kepolisian menahan para penyerang, kejadian penyerangan kedua tidak akan terjadi.

“Seandainya mereka berdua (para penyerang) sudah diamankan, pihak kepolisian dalam hal ini Polsek Sonder dan Polres Tomohan bertindak tegas, saya yakin tidak akan terjadi hal seperti ini. Saya pernah melaporkan soal penyerangan awal dengan menggunakan sajam, tapi tidak ditanggapi,” ungkap Ferdinand Eman.

“Saya berharap pihak kepolisian lebih jeli menangani masalah penyerangan di rumah saya, agar ke depan tidak ada lagi aksi premanisme seperti ini,” hatapnya.(csr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *