Bung Olly dan Bung SK Dari “Kaca Mata” Taufik M Tumbelaka

Jurnal6 Manado -Bung Olly Dondokambey dan Bung Steven Kandouw bagi saya bukan orang lain secara sosial. Bung Olly adalah bagian dari keluarga Ibu saya, tepatnya Opa saya.

Bung SK, secara pribadi memiliki hubungan emosional yang kuat dengan saya, hubungan dua karib yang bersahabat. Mungkin Bung SK tidak tahu jika di masa lalu Sang Ayah kenal dengan Ibu saya, selain itu ada hubungan sosial sangat dekat antara Ibu saya dengan Ibu Mertua dari Bung SK.

Bung Olly secara politik dimata saya adalah sosok menarik. Putera Sulut berdarah Minahasa – Tonsea yang berhasil meraih pencapaian di level Nasional. Fenomena langka dalam 2 dekade terakhir. Raihan atau capaian Bung Olly rasanya tidak perlu dijabarkan, sudah banyak ‘orang’ Sulut baik yang di Sulut maupun diluar Sulut yang tahu. Sisi gaya Bung OD – pun menarik, kalem dan tidak banyak “bumbu”, ringkas. Cool, Calm and Confidence. Ciri khas yang unik itu menjadi daya tarik khusus dan kekuatan Bung Olly.

Bung SK, bagi saya adalah salah satu kader partai politik (parpol) terbaik di Sulut, PDI Perjuangan Sulut harus merasa beruntung memiliki kader seperti Seorang Steven O Kandouw. Jenjang pendidikan formal yang dilewati tidak main-main, sekolah di tempat yang dapat dikatakan berkelas di Jakarta dan menimba ilmu di kampus sangat bergengsi di Indonesia, Universitas Indonesia, UI. Kampus pilihan pertama saya ketika saya masih bersekolah di SMA Lab School Jakarta. Saya memasukan dua kampus saat ujian Sipenmaru, 1. Universitas Indonesia, 2. Universitas Gadjah Mada (UGM.. Ternyata pilhan kedua yang saya raih.

Perjalanan karir politik seorang SK – pun menarik. Mulai dari bawah, naik ketingkat wakil rakyat Propinsi Sulut, menjadi Ketua Komisi dan menjadi Ketua DPRD Sulut. Menariknya itu diraih Bung SK sebelum usia 50 tahun. Capaian yang layak dapat dua jempol.

Teknik dan materi serta gaya Bung SK tampil dalam menyampaikan ‘pesan-pesan’ melalui pidatopun menarik. Dapat dikatakan salah satu yang terbaik di Sulut, untuk saat ini.

Ketika duet ini mendapat kepercayaan memimpin Sulut, saya sebagai pribadi memiliki ekspektasi tinggi, kenapa ?? Karena ini adalah ‘duet maut’ dengan latar belakang kuat. Itu sebabnya dalam 2 tahun awal perjalanan Bung Olly dan Bung SK memimpin Tanah Leluhur saya, hampir tidak ada kritik yang terlontar dari seorang Pengamat Politik & Pemerintahan Sulut, Taufik M Tumbelaka. Malah saya yang dikeritik banyak pihak, dianggap Taufik M Tumbelaka hanya tajam dan galak kepada Gubernur Dr. SH. Sarundajang.

Saya terima anggapan itu dengan lapang dada karena banyak yang tidak tahu kalau saya musti bersikap adil kepada Bung Olly dan Bung SK, memberi kesempatan adaptasi dengan tanggung jawab sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut. Tahun pertama Bung Olly dan Bung SK menjalankan roda pemerintahan dengan mata anggaran APBD Sulut peninggalan Pemimpin sebelumnya karena sudah tertata sebelum yang bersangkutan menjabat. Tahun pertamapun dapat dianggap masa orientasi jabatan, pengenalan dunia pemerintahan. Tahun ke dua memakai APBD Sulut berdasar ‘kemauan sendiri’, sekaligus evaluasi penyusunan mata anggaran serta kinerja. Paruh 2 tahun pertama dapat dikatakan fase awal. Tahun ke tiga adalah bekerja maksimal berdasarkan fase awal.

Menghitung bulan, Bung Olly dan Bung SK akan habis periode masa jabatan, masa pengabdian. Apa yang saat ini sya rasakan sebagai orang yang relatif cukup paham sosial, politik dan pemerintahan ?? Ekspektasi saya yang tinggi diawal masa pengabdiian Bung Olly dan Bung SK, (MAAF) tidak tercapai.Capaian pembangunan saat ini (sekali lagi, MOHON MAAF ) tidak menggambarkan kelas Bung Olly dan Bung SK.

Saya berupaya bijak, ekspektasi saya yang terlalu tinggi atau Bung Olly dan Bung SK yang tidak maksimal ?? Saya kesulitan menjawab.

Pemerinhan terasa lemah dari sisi kinerja, akibatnya ide dan gagasan Sang Pemimpin tidak terwujud dengan baik. Terlihat, figur ke 3 dalam Pemerintah Daerah (Pemprop) Sulut, Sekretaris Daerah terasa tidak maksimal, padahal Beliau adalah Birokrat Senior dengan pengalaman segudang jabatan eselon II. Bahkan muncul fenomena aneh, Figur ke 3 sering mendampingi Gubernur Sulut dalam tidak sedikit kegiatan atau acara bahkan sampai ke luar negeri. Sesuatu yang tidak lazim, seyogyanya Figur ke 3 “menjaga gawang” birokrasi dari ruang kerjanya dengan bantuan tiga Asisten. Itu artinya hampir 100 % ada di Kantor Gubenur Sulut, Jalan 17 Agustus, Manado.

Formasi “kabinet” dalam jajaran Pemprop. Sulut-pun tidak menggambarkan Dream Team dimana tidak sedikit posisi bukan diisi seorang Birokrat terbaik. Dan itu juga tergambar sampai jelang akhir periode masa pengambian Bung Olly dan Bung SK.

Belakangan ini saya mulai berfikir, apakah penolakan saya terhadap permintaan 4 Kepala Daerah di Sulut diwaktu lalu untuk membantu langsung menjadi Staf Khusus sudah benar ?? Saya mulai terfikir, jika dibutuhkan untuk membantu langsung oleh siapapun Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut yang nanti akan terpilih, saya musti lebih bijak dan menggeser titik kaku jauh dari garis hubungan dengan titik kompromi dengan Sang Pemangku Kebijakan, demi kemajuan Tanah Leluhur. Tentunya dengan sejumlah syarat tegas.

Diekspresikan dari Desa Suwaan, Kalawat. Minahasa Utara dengan ditemani secangkir teh hangat dengan cengkih yang disajikan oleh Isteri Gubernur Pertama Sulut.

Ekspresi ini adalah cara saya menghormati dan membantu Bung Olly dan Bung SK, Mohon maaf jika ada tersilap kata, kalimat yang kurang berkenan. Terima Kasih, Salam Kasih, Taufik M Tumbelaka (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *