Lagi, Petani Teriak Kelangkaan Bibit Jagung dan Pupuk Bersubsidi ke Wakil Rakyat Sulut, Diduga Ada Yang ” Main Mata ” ?

Jurnal6 Manado – Masyarakat kembali mempertanyakan kinerja Dinas Pertanian yang dinilai tidak peka terhadap persoalan di lapangan.

Saat ini para petani diperhadapkan dengan situasi sulit bahkan serba salah akibat kelangkaan bibit jagung maupun pupuk bersubsidi yang dibutuhkan untuk areal pertanian mereka.

Semangat Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven OE Kandow yang selalu memberikan support bagi petani untuk meningkatkan produksi pertanian tidak diikuti langkah eksekusi dari instansi terkait Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut khususnya dalam menyikapi persoalan di lapangan.

Persoalan tersebut sering terungkap dalam setiap kegiatan reses anggota DPRD Sulut yang turun ke Daerah Pemilihan guna menyerap aspirasi masyarakat.

Salah satunya terungkap saat gelar reses anggota DPRD Sulut Stella Runtuwene di Desa Mopolo Kabupaten Minahasa Selatan Jumat (27/8/21) siang.

” Kami petani di Desa Mopolo bahkan di Kecamatan Ranoyapo kesulitan mendapatkan bibit jagung serta pupuk bersubsidi dari Dinas Pertanian,” keluh Yano Woran petani desa setempat.

Kalaupun ada dipasaran menurut dia hanya pupuk non subsidi dengan harga yang mencekik.

” Memang ada pupuk non subsidi beredar di pasaran namun kami petani tidak mampu karena harganya sangat mahal di kisaran Rp. 400 ribu yang ukuran 50 kilo, ” ujarnya.

Situasi pandemi ini harusnya menjadi perhatian khusus Dinas terkait agar lebih memperhatikan kebutuhan petani apalagi sektor pertanian menjadi satu-satunya andalan pemerintah dalam.membantu pemulihan ekonomi .masyarakat.

“Bagaimana petani mampu mengangkat perekonomian kalau bibit dan pupuk bersubsidi saja tidak ada, ” tandas Yano.

Selain itu persoalan lain juga dihadapi petani saat ini adalah kurangnya ketersediaan petsisida untuk mambasmi hama yang menyerang tanaman jagung.

” Kami mohon aspirasi ini bisa dibawah ke DPRD Sulut karena kami diperhadapkan situasi yang sangat dilematis, sebagai petani kami harus menanam untuk menghidupi keluarga, namun disisi lain harga kebutuhan penunjang pertanian sangat langka kalaupun ada harganya sangat mahal, “harapnya.

Dari sejumlah informasi yang diterima wartawan, kelangkaan bibit maupun pupuk bersubsidi di wilayah tersebut diduga adanya permainan dari sejumlah oknum ketua kelompok tani bahkan tokoh agama”main mata” dengan oknum di Dinas Pertanian untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya meski sudah mendapatkan bantuan berkali – kali.

Menanggapi keluhan yang disuarakan petani, legislator Dapil Minsel – Mitra yang dikenal vokal memperjuangkan aspirasi masyarakat ini akan membawa persoalan tersebut ke lembaga legislatif khususnya komisi yang bermitra dengan instansi Dinas Pertanian. (stem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *