Dua Tokoh Ormas Ini Sepakat, Sulut Adalah Rumah Kita Bersama

Jurnal6 Manado- Diskusi publik yang digagas anggota DPRD Sulut Melky Pangemanan Rabu (5/2-2020) menghasilkan kesimpulan positif yang akan diimplemantasikan kepada masyarakat.

Dua tokoh organisasi masyarakat (ormas) yakni Tonaas Wangko Laskar manguni Indonesia (LMI) dan Ketua Pengurus Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Utara, Yusra Alhabsyi sepakat untuk bersama-sama menjaga dan memperkuat  toleransi ditengah keberagaman Agama, Suku dan Budaya di Sulawesi Utara.

Kepada wartawan usai gelar diskusi di gedung DPRD Sulut, Tonaas Wangko LMI Pdt. Hanny Pantouw mengatakan, Sulawesi Utara harus menjadi rumah kita bersama dari semua perbedaan yang ada.

“ Sulut harusmenjadi rumah kita bersama, dan bersama kita bisa membangun Sulawesi Utara dengan semua golongan agama baik itu Muslim, Kristen, Hindu, Budha bahkan semua suku yang ada seperti Sangihe, Minahasa, Bolmong dan lain-lain. Kalau semua elemen itu bersama, pasti bisa. Karena kalau hal ini tidak bisa kita kembangkan dengan 17.500 pulau, ada 1340 suku, 470 bahasa lokal, 300 etnis dan 6 agama di Indonesia  ini sangat rawan jadi konflik, apalagi soal SARA palingmudah dibenturkan.” ujar Pantouw.

Menurutnya dialog-dialog yang digagas oleh Anggota DPRD Sulut Melky Pangemanan sangat positif bahkan  menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Sulawesi Utara.

“ Mari kita satukan tekat perkuat silaturahmi, Indonesia khususnya Sulawesi Utara adalah rumah kita bersama, “ tandas Pdt.Hanny Pantouw.

Hal senada disampaikan Ketua Pengurus Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Utara, Yusra Alhabsyi yang juga memberi apresiasi digagasnya diskusi dengan tema “Sulawesi Utara Cinta Damai, Sulut Sulit Disulut Karena Solid”  dapat membangkitkan semangat kebangsaan.

“ Kita bisa menunjukan kepada Indonesia bahwa inilah kami masyarakat Sulawesi Utara tidak kaku dalam membicarakan masalah perbedaan kita. Bahkan perbedaan itu bisa kita satukan menjadi kekayaan kita. Di Sulut ini sebenarnya tidak ada tradisi berkonflik, tapi ketika terjadi konflik  saya yakin  ini menjadi pelajaran penting.” terang anggota Komisi 4 DPRD Sulut ini.

Untuk itu ia mengajak seluruh elemen masyarakat  Sulawesi Utara untuk tetap menjaga dan mengawal tradisi keberagaman, kebersamaan di Sulawesi Utara yang telah diajarkan nenek moyang para pendahulu di Sulawesi Utara untuk saling menghargai walaupun satu tempat ibadah maupun  tempat ibadah lainnya berjauhan ataupun berdekatan tidak menjadi  masalah.

“ Mudah-mudahan dialog seperti ini kita mampu tularkan sampai kebawah tidak hanya sebatas anggota Dewan, pimpinan ormas maupun wartawan, kalau perlu kami akan mendorong ini menjadi program pemerintah OD-SK  diwaktu yang akan datang agar semua kita merasa lega kalau ada masalah kita putuskan dalam dialog-dialog kebersamaan dan kebangsaan. Kalau ini sudah menjadi  tradisi, siapapun yang datang memprovokasi di Sulut tidak akan mampu menembus bagian yang telah menjadi tradisi kita saat ini maupun akan datang , “  pungkasnya. (stem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *