Ratahan, jurnal6.com
Peristiwa tewasnya seorang penambang di lokasi pertambangan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), membuat Kapolri dan Kapolda Sulut memerintahkan penutupan area pertambangan.
Sebab, buntut dari kekacauan berujung maut itu menimbulkan aksi anarkis susulan di beberapa lokasi di Ratatotok. Kondisi Ratatotokpun jadi mencekam.
Untuk menghindari terjadinya aksi anarkis yang lebih besar, Kapolda Sulut mengirimkan anggota kepolisian untuk menutup area pertambangan. Seluruh aktivitas tambang dihentikan. Bahkan, alat berat yang beroperasi di Ratatotok telah dipulangkan.
Keputusan Kapolri dan Kapolda mencegah kekacauan itu berimbas pada berkurangnya pendapatan keluarga penambang yang mencari nafkah di Ratatotok. Wargapun meminta Gubernur dan Kapolda Sulut untuk membuka kembali area pertambangan Ratatotok.
Jumat (14/3/2025), ribuan warga Kabupaten Mintra melakukan aksi damai. Mereka meminta Gubernur Kapolda Sulut untuk membuka lagi lokasi tambang.
“75 persen warga Mitra, mata pencahariannya adalah pertambangan. Jadi, mohon pak Kapolda untuk tidak menutup area pertambangan. Kami hanya mau cari makan,” teriak salah satu peserta aksi damai.
Aksi damai warga Mitra inipun menuai beragam tanggapan netizen. Ada yang mendukung penutupan, ada yang setuju, ada juga yang sekadar memberi nasihat.
“So itu kwa stop jo ambe-ambe orang pe karbon. Mancari jo bae-bae. Kalu kwa samua so bersyukur deng pendapatan sah, nda ada tu mo baku-baku bunung (makanya jangan lagi mencuri karbon milik orang lain. Kalau kita semua bersyukur dengan pendapatan yang sah, tidak ada lagi kejadian saling bunuh),” tulis Suripno.
“Cuman karna ulah bberapa org akhirnya masyarakat laeng tuh rasa rugi..
sbarr” jo bnyak berdoa (Hanya karena ulah beberapa orang akhirnya masyarakat lain yang rugi. Sabar dan banyak berdoa,” tulis akun Reynold Nepa.
“So itu ja setunjung bgal” Spaya pmerinta ndk Ambe alii (Makanya jangan berlagak jagoan agar pemerintah tidak ambil alih,” tandas netizen yang lain.(jrl)