Dinilai Kurang Bermanfaat, Stella Runtuwene Kembali Kritisi Revitalisasi Anjungan Sulut TMII

Jurnal6 Manado – Wakil ketua komisi III DPRD Sulut Stella Runtuwene kembali mengkritisi proyek revitalisasi anjungan Sulut di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Menurutnya proyek yang menelan anggaran Rp.60 milyar yang berasal dari APBD 2018 tersebut hingga saat ini progres pembangunan tidak jelas.

Politisi Partai NasDem ini bahkan menyebut keberadaan bangunan anjungan TMII tidak memberikan manfaat.

“Terakhir saya mengunjungi ke lokasi tersebut, kondisi bangunan tidak berubah. Apa yang ibu lihat sudah hampir setahun lalu masih sama, tidak ada perubahan. Bingung juga sudah lebih setahun dari waktu ibu ngomong di paripurna tetap sama,” kata Runtuwene baru-baru di ruang kerjanya.

Yang lebih memiriskan lagi tambah Runtuwene saat melakukan kunjungan didapati keluhan dari staf yang bertugas di anjungan TMII mereka mengadu pekerjaannya jadi bertambah karena setiap hujan mereka harus membarsihkan ruangan yang kena banjir.

” Jadi mereka sudah seperti cleaning service karena setiap kali hujan pasti masuk air di kantor sehingga mau tidak mau mereka harus kerja ekstra , ” ungkapnya.

“Ini berarti bangunan yang mereka buat tidak matang perencanaannya. Jadi kalau hujan maka banjir semua yang ada di kantor itu. Itu mereka yang ngomong, bukan saya. Karena pembangunan itu harus ada sesuatu perencanaan yang matang. Berarti saluran airnya tidak perhatikan pembangunannya,” sesalnya.

Terlebih saat ini sudah ada lagi pengajuan untuk anggaran ke Anjungan Sulut TMII. 

“Sangat disayangkan sudah ada pengajuan untuk anggaran ke sana karena kondisi sedang Covid-19, sementara harus menambah anggaran lagi,” katanya.

“Terus mereka bilang akan tambah gedung yang lain. Ini bangunan saja belum selesai mau minta bangun lagi gedung yang lain. Kalau itu ada fungsinya atau ada pemasukkan bagi kita, tapi kalau tidak ada untuk apa,” sambungnya.

Dikatakannya sebaiknya penambahan anggaran di anjungan TMII dialihkan saja untuk pembangunan ruas jalan yang ada di daerah Sulut.

“Jalan kebun masih banyak yang perlu diperhatikan bagi ekonomi masyarakat.
Jadi kalau bisa, kaji kembali pembangunan anjungan itu sebab kalau pembangunan kurang ada manfaat buat apa, apakah membawa manfaat atau tidak untuk Sulut. Ada income tidak untuk kita,” tegasnya.

Sebelumnya juga legislator Dapil Minsel – Mitra ini pernah menyentil kualitas serta pemanfaatan anjungan TMII akhir Agustus 2020 lalu.

Dirinya menyoroti pembangunan ruangan di anjungan tersebut yang dianggap  justru tidak memiliki fungsi apa-apa padahal ruangan sebesar itu harusnya dimanfaatkan sebagai ruang serbaguna atau museum foto Sulawesi Utara.

 “Buat apa kita membuang anggaran begitu besar dengan membangun ruang serbaguna namun hanya dipenuhi  tiang-tiang  yang tidak ada fungsinya, untuk apa, bahkan tangga yang dibuat di anjungan itu tidak kuat karena goyang. Anggaran sebesar itu mendingan dibagi ke daerah-daerah lain.” ucap Runtuwene saat itu.

Tidak hanya itu ia juga mempertanyakan bahan kayu yang dibuat untuk melapisi tembok bangunan yang dinilainya memiliki kualitas sangat rendah.

“ Kelihatannya kualitas kayu murah, karna kalau kualitasnya bagus tidak mudah bergeser antara satu dengan lainnya. Apakah kayu itu masih mentah atau bagaimana.” ujarnya. (stem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *