Mengenang 9 Tahun Meninggalnya Pdt HOH Awuy, Tersenyum Sebelum Meninggal Dunia

Manado2,277 views


Jurnal6, Manado
Lagu rohani yang dinyanyikan oleh Pendeta Hendrik Otto Herman (HOH) Awuy, menggema di gedung Gereja GPdI Jalan Sam Ratulangi, Manado pada Minggu 21 Maret 2021. Video tentang foto-foto saat Awuy masih hidup pun terpampang pada layar LED raksasa di dalam gereja. Hari Minggu itu, Jemaat GPdI Samrat dan bahkan jemaat GPdI seluruh dunia mengenang 9 tahun kepergian Pdt HOH Awuy.

“Hari ini sudah sembilan tahun Pendeta HOH Awuy dipanggil Tuhan,” kata Pdt Yvone Awuy-Lantu, Ketua Majelis Daerah GPdI Provinsi Sulawesi Utara, Minggu (21/3/2021) lalu.

Ada cerita haru yang disaksikan Pdt Yvone, Isteri Pdt HOH Awuy, usai berkhotbah.

Sesaat sebelum menghembus nafas terakhir, HOH Awuy menyanyi lagu rohani dan tersenyum.

“Waktu itu anak-anak kami menyanyi lagu GPdI tempo dulu. Pak Awuy yang mendengar lagu yang dinyanyikan Mirakel itu tersenyum. Lalu dia ikut menyanyi. Sesaat kemudian pak Awuy menghembuskan nafasnya yang terakhir,” ungkap Yvone.

Jemaat yang mendengarnya ikut haru. Tidak sedikit yang meneteskan airmata mendengar kesaksian hidup itu.

Selasa, 20 Maret 2012
Sosok Teladan Penuh Urapan Dipanggil Tuhan
Kabut duka menyelimuti warga Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Sosok panutan yang telah puluhan tahun malang-melintang dalam pelayanan, telah berpulang ke Rumah Bapa di Sorga.

Dialah Pendeta Hendrik Otto Herman (HOH) Awuy. Bapak rohani yang paling disegani jemaat dan para Hamba Tuhan ini, meninggal di Rumah Sakit (RS) Pondok Indah, Jakarta, Pukul 03.15 WIB, Selasa (20/3/2012) dalam usia 75 tahun. Bagaimana suasana jemaat ketika kabar duka ini tersiar, berikut nukilannya.

Sekira Pukul 05.00 Wita, Selasa (20/3/2012), sebagian besar handphone (hp) gembala dan pelayan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), berbunyi. Isi short message service (SMS) yang diterima sungguh sangat mengagetkan.

“Selamat pagi. Info, Pdt HOH Awuy meninggal dunia, subuh tadi di Jakarta,” demikian bunyi sms yang diterima ribuan jemaat GPdI di Sulut, bahkan umat GPdI di seluruh dunia. Pesan pendek ini sontak membuat orang yang membacanya menangis.

Meski tak terdengar suara tangisan, namun tetesan airmata beberapa Hamba Tuhan dan jemaat yang kenal dengan sosok Om Awuy (sapaan akrabnya) langsung membasahi pipi usai membaca pesan singkat itu.

“Kaget dan sedih ketika mengetahui Om Awuy sudah meninggal,” aku Pdt Wongkar, dari Bolaang Mongondow Utara, saat ditemui di Pastori GPdI Pusat, di Jalan Samrat Manado, kemarin.

Berita duka itu, juga sampai di sidang jemaat GPdI ‘Beth Eden’ Asabri Kamangta, pagi, sesaat setelah Pdt Awuy menghembuskan nafasnya yang terakhir.

“Seakan tidak percaya Ketua MD sudah meninggal. Namun, itulah kenyataannya. Kami turut berdukacita atas meninggalnya sosok panutan itu,” papar Pdt Ir Karno Manembu, Gembala GPdI ‘Beth Eden’ Asabri itu.

Hal yang sama juga disampaikan Gembala GPdI Elim, Kelurahan Bumi Nyiur, Kecamatan Wanea, Pdt Charles Himpong.

 “Saya tidak menyangka Beliau (Pdt Awuy-red), pergi begitu cepat. Sebab, sebelumnya ada kabar bahwa Beliau sudah sembuh. Namun, apa yang telah Tuhan perbuat, itu baik adanya. Beliau telah memberikan contoh sebagai bapak rohani yang pantas menjadi panutan,” papar Himpong.

Siangnya, kematian Ketua Majelis Daerah (MD) GPdI Sulut, Pdt HOH Awuy, sudah tersebar luas. Tidak hanya jemaat GPdI, namun jemaat dari GMIM, Katolik, KGPM, Bethel, serta organisasi keagamaan lainnya, banyak yang merasa sedih dengan ‘kepergian’ pria yang kini disebut Pahlawan Iman itu.

“Om Awuy adalah pelayan yang setia dan rendah hati. Beliau melaksanakan amanat agung Tuhan Yesus sampai akhir hayatnya. Perilaku dan tutur bahasanya sungguh suatu teladan yang nyata,” papar Penatua Ir Jimmy AL Rembet, Sekretaris PKB GMIM Wilayah Kalawat 2 Minut.

Duka yang sangat mendalam, juga terlihat pada keluarga besar yang tinggal di Pastori GPdI Pusat. Puluhan pelayan pastori, terlihat sedih.

Meski semua sibuk mempersiapkan rumah duka, namun wajah mereka terlihat sedih. Nyaris tak ada kata yang keluar saat mereka beraktifitas membenahi pastori.

“Kami sayang Om Awuy, tetapi kami tahu, Tuhan lebih menyayanginya,” ujar salah seorang pelayan GPdI Samrat saat ditemui di rumah duka.

Sorenya, ratusan Hamba Tuhan yang datang dari sejumlah kota besar, dan dari pelosok, sudah memadati GPdI Pusat di Jalan Samratulangi. Sebagian besar menggunakan kemeja putih dan celana hitam.
Tidak sedikit juga yang terlihat mengenakan setelah pituh-putih, pakaian khas pelayan GPdI. Kedatangan mereka di gereja tersebut, untuk menunggu kedatangan jenazah Pdt HOH Awuy. Tepat Pukul 20.30 Wita, iring-iringan jenazah, tiba di GPdI Pusat Manado.

Saat peti jenazah dibawa masuk gedung gereja, Isak tangis dari pelayat terdengar begitu menyayat hati. Linangan airmata ratusan pelayat lainnya, tak bisa ditahan lagi. Tidak lagi mengenal keluarga, Hamba Tuhan dan jemaat yang tidak terkait tali keluarga pun, merasakan kesedihan yang sangat dalam.

 “Perjuangannya dalam pelayanan, sangat luar biasa. Beliau memang patut menjadi panutan kami,” aku sejumlah Hamba Tuhan.

Meski menyimpan kesedihan yang mendalam, namun istri Alm Pdt HOH Awuy, Ivone Indrie Lantu, terlihat tabah. Sesekali dia menyeka airmatanya yang membasahi pipinya.

Sarjana Keguruan Ilmu Pendidikan yang Mendalami Ilmu Teologi dan Jadi Pendeta

Pdt HOH Awuy, lahir pada 31 Oktober 1937, di Jakarta. Pada tahun 1958, Hamba Tuhan yang pernah melayani di Desa Rumengkor ini, melanjutkan kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), yang saat ini dikenal dengan nama UNIMA.

Tahun 1964, Awuy lulus dengan nilai terbaik. Meski teman seusianya banyak yang masuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pdt Awuy lebih memilih masuk Sekolah Alkitab.

Usai menerima pendidikan Teologi, Pdt Awuy menjadi gembala sidang di GPdI Desa Kanonang, pada tahun 1968-1971.

Sebelum terpilih sebagai Ketua Majelis Daerah GPdI Sulut pada tahun 1981, Pdt Awuy sempat melayani sidang jemaat GPdI Desa Sukur, dan Kawangkoan. Waktu terpilih, dia sementara menjadi Gembala Sidang GPdI Pusat Tondano sejak 1975-1993.

Tak lama setelah itu, Pdt Awuy dipercayakan memagang sidang jemaat GPdI Pusat Manado, hingga sekarang.

Dan pada 20 Maret Pukul 03.15 WIB, gembala yang sangat dikenal di kalangan GPdI se-dunia ini, berpulang ke Rumah Bapa di Sorga. Pdt Awuy meninggalkan Yvone Lantu, yang dinikahinya pada 25 Oktober 1968, lima orang anak, yakni, Hanny Samuel David, John Robert Stevanny, Miraikel Yusuf David, Debora Lidya, dan Grace Feybe Trivena.

Sebelum meninggal, Pdt Awuy menjadi Ketua Umum pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) GPdI se-Dunia, baru-baru ini.

Selamat jalan Om Awuy, jasa-jasamu tidak akan kami lupakan.(Rudolf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *