Ditangan Olly Dondokambey, Sulut Semakin Hebat

Catatan : Ronald Gampu

SULUT,JURNAL6.COM- Siapa tidak kenal dengan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang saat ini memiliki 15 Kabupaten/Kota dengan jumlah populasi penduduk sebanyaj 2,271 juta (Data Mei 2010).

Dengan memiliki luas wilayah “Bumi Nyiur Melambai” ‘hanya’ 13.851,64 km². Sulut hanyalah sepenggal wilayah Indonesia yang luasnya 1,905 juta km².

Secara bargaining (demografi) politik, Sulut kalah jauh dengan Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa. Bahkan dibandingkan dengan sesama Provinsi penghuni di Pulau Sulawesi seperti , Sulawesi Selatan dengan penduduk 8,8 juta dan luas wilayah 46.717 km², provinsi kita masih kalah jauh

Namun di tangan dingin seorang Olly Dondokambey SE yang dilantik sebagai Gubernur Sulut bersama Wakil Gubernur Steven Kandouw tanggal 12 Februari 2016 silam, Sulut yang kecil secara demografi, mampu melakukan lompatan-lompatan besar dalam mempengaruhi keputusan dan kebijakan Pemerintah Pusat.

Ada banyak program strategis Nasional berlabel mega proyek bernilai triliunan rupiah yang berhasil ditarik masuk ke Sulut. Ini tentunya tak lepas dari upaya lobi pemerintah Provinsi yang dinakhodai Olly Dondokambey SE untuk meyakinkan Presiden RI Djoko Widodo selaku top eksekutif di Istana Negara dan top legislatif di Gedung Parlemen Senayan.

Dari sederet kiat dan lobi seorang Olly Dondokambey SE, sedikitnya ada tiga lompatan besar yang membuat Sulut seakan menjadi “anak emas” di mata Presiden Jokowi

Alhasil gebrakan pertama, pada tahun 2016 (di awal kepemimpinan Olly-Steven) ketika secara mengejutkan Bandara Sam Ratulangi di Manado (Sulut) disulap bahkan dijadikan bandara bebas visa lebih dari 100 negara untuk masuk ke Indonesia.

Awalnya saat itu, Presiden Jokowi menyatakan hanya Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Seokarno-Hatta Jakarta, Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Kualanamu Medan, dan Bandara Juanda Surabaya kantongi bandara bebas visa. Tiba-tiba Pemerintah Pusat menambahkan Bandara Sam Ratulangi di injury time, sebelum Perpres diterbitkan.

Sejak ditetapkan (2016) sebagai bandara bebas visa, setahun kemudian (2017) Sam Ratulangi (Samrat) Airport pun kebanjiran turis mancanegara, terutama dari China. Bahkan prosentasi peningkatan penumpang masuk di Bandara Samrat sempat mengalahkan Bandara Ngurah Rai Bali.

Tak pelak , Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang Februari 2017, terjadi kenaikan pesat jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Sam Ratulangi, Sulawesi Utara.

Pada Februari 2017, jumlah turis asing yang masuk melalui bandara Samrat mencapai 5.119 orang, melonjak 233,4 persen dibanding pada Februari sebelumnya, yang sebanyak 1.535 pengunjung. Adapun secara tahun kalender, jumlah tersebut meningkat signifikan 492,27 persen, yakni pada Januari-Februari 2017 sebanyak 12.793 wisman, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu 2.160 wisman.

Sedangkan Bandara Ngurah tahun 2017 mencapai kenaikan 11 persen. Selang Januari-September 2017, kunjungan turis asingnya tercatat pertumbuhan 25,05 persen.

Pariwisata Sulut pun bergeliat bahkan booming. Tak heran jika Kementrian Pariwisata saat itu menobatkan Sulut sebagai “The Rising Star” Pariwisata Nasional.

Dan baru setahun menjabat, Olly sudah mampu menggebrak nasional bahkan menjadikan Sulut “go internasional” di sektor pariwisata.

Prestasi Sulut ini pun mengundang pujian Presiden Jokowi. “Di Sulut pariwisata meningkat sangat drastis hingga seribu persen,” kata Presiden Jokowi ketika blusukan di pusat perbelanjaan Mega Mal, Manado, Sulawesi Utara, Senin (26/12/2016) silam.

Presiden Djokowipun memuji kejelian seorang Olly Dondokambey dalam membangun sektor pariwisata Sulut. “Ekonomi di sini mengarah ke pariwisata. Feeling Pak Gubernur (Olly Dondokambey) bagus sekali,” kata Jokowi kembali memuji ketika kembali berkunjung ke Manado, 2019 silam.

Momen tersebut dimanfaatkan betul oleh Olly Dondokambey SE, ketika Pemerintah Pusat kemudian menetapkan sejumlah skala super prioritas destinasi pariwisata.

Di sini kembali tangan dingin Olly diuji. Pasalnya, dalam penetapan daerah wisata super prioritas, awalnya Sulut tidak disebut. Dan “Magic hand” seorang Olly Dondokambey SE kembali tertantang.

Di saat injury time penetapan super prioritas, tiba-tiba Tanjung Pulisan Likupang masuk sebagai daerah super prioritas kelima. Tak heran media liputan6.com sempat menyebut, “Mana yang Benar, 4 atau 5 Destinasi Super Prioritas?”.

Pasalnya, pemerintah hanya menyebut 4 super prioritas itu ‘hanya’ Danau Toba, Mandalika, Borobudur dan Labuan Bajo. Namun Menteri Pariwisata saat itu, Arief Yahya menegaskan, angka yang benar adalah lima destinasi super prioritas. Likupang masuk hanya dalam hitungan jam.

“Tidak salah, tapi memang diputuskannya pada hari yang sama. Empat destinasi super prioritas ditetapkan pada 15 Juli pagi, sedangkan lima destinasi super prioritas ditetapkan pada 15 Juli sore,” kata Arief Yahya dalam jumpa pers di sela Rakornas Pariwisata III, Selasa (10/9/2019) silam. “Likupang akan menjadi hub pengembangan wisata di daerah timur,” katanya.

Dengan masuknya Likupang, dipastikan triliunan Mega Proyek untuk pariwisata akan bergelimang di Bumi Nyiur Melambai. Bahkan badai pandemi Covid-19 sekalipun, tak mampu menggerus datangnya investasi di KEK Likupang. Ini tak lepas berkat ‘sentuhan ajaib’ seorang Olly Dondokambey SE.

Pun pada medio Maret Tahun 2020, badai Covid-19 menerpa Indonesia. Jangankan Indonesia, dunia pun kelabakan. Pertumbuhan ekonomi merosot. Krisis ekonomi melanda dunia, termasuk Indonesia. Namun kepiawaian seorang Olly Dondokambey kembali teruji. Badai tak membuat daerah ini pasrah. Sulut harus menari dalam badai. Dan Olly membuktikan dengan membuat terobosan melakukan kegiatan ekspor di saat badai pandemi, demi menggeliatkan ekonomi Sulut.

Bertepatan dengan HUT Provinsi Sulut ke 56 tanggal 23 September 2010, dari Bandara Sam Ratulangi, Maskapai Garuda membawa komoditi ekspor perikanan dan pertanian Sulut ke Jepang. Hebatnya ekspor itu berlabel “Direct Flight !”.

Ekspor 13, 572 ton yang umumnya adalah ikan Tuna itu pun mendarat mulus di Bandara Narita Jepang sekaligus, membuka lembaran kemajuan baru bagi perekonomian Sulut.

Pengusaha ekspor pun berterima kasih atas gebrakan tersebut. “Saya sangat berterima kasih kepada pemerintahan Olly Dondokambey SE dan Steven Kandouw karena sudah menciptakan iklim berbisnis yang sangat baik, sehingga peluang usaha terbuka dan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarkat,” ungkap Flory Sumerah, pengusaha eksportir dari CV Rengas Jaya.

Ekspor Manado-Narita itu juga menyentuh pelaku usaha kecil, seperti peternak ikan Nila, Raifel Wowiling. Pria asal Kawiley Kecamatan Kauditan, Minahasa Utara ini mengaku senang, karena harapan kembali terbuka di saat lesunya pasaran niladi tengah situasi pandemik.

“Kami dilema, karena ikan nila harus diberi makan terus, tetapi sulit dipasarkan karena harganya murah. Dengan adanya peluang ekspor ini, kami tentu sangat berterima kasih ke Pak Gubernur Olly yang sudah mendengarkan jeritan hati kami,” ungkap Raifel.

Terobosan ekonomi di tengah pandemi yang dilakukan Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE mengundang apresiasi berbagai kalangan. Tak mengherankan jika media nasional sekelas CNN Indonesia dan CNBC Indonesia, memberikan Award kepada Olly Dondokambey SE sebagai sosok leader yang mampu berinovasi sekaligus memberikan inspirasi di tengah pandemi.

Kini sang inovator harus pensiun sejenak dari tugasnya sebagai Top Eksekutif di Sulut. 4 Bulan lagi, Olly Dondokambey bersama tandemnya akan menyelesaikan periode pertama kepemimpinannya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut. Dengan jargon “Sulut Hebat” yang didengungkan sejak 2016 silam, akan mampu direalisasi. Kita tunggu saja terobosan baru Mr Don untuk membuat Sulut Semakin Hebat. Semoga.

(Ronald Gampu )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *