Dishut Sulut Lakukan Analisa Penyebab Bencana Banjir di Bolsel

Jurnal6 Manado – Respon cepat dilakukan Plt Kepala Dinas Kehutanana Rainier Dondokambey, S.Hut bersama jajaran sekaligus menyikapi desakan anggota DPRD Sulut Dapil Bolmong Raya Muhammad Wongso untuk pro-aktif  dalam melakukan pengawasan terhadap pengerusakan hutan di wilayah kabupaten Bolaang Bolaang Mongondow Selatan.

Hal ini terkait dengan bencana banjir di wilayah tersebut dan diduga disebabkan maraknya  perambahan hutan

Terkait hal tersebut Plt kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Sulut Rainier Dondokambey, S.Hut saat dikonfirmasi  Rabu (5/8/20) mengatakan, saat ini pihaknya sedang  melakukan analisis secara menyeluruh penyebab bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Bolaang Mongondow Selatan bahkan dirinya  turun langsung melakukan monitoring di KPH 2 sebagai penanggung jawab wilayah sekaligus memberikan bantuan bagi pegawai Dishut yang terdampak bencana.

“ Penyebab banjir di Bolsel kami lakukan telaah saya kumpulkn semua mulai kepala KPH bersama seluruh staf disana, memonitor bagaimana  sebenarnya yang terjadi. Saya sampaikan semua masukan harus segera di tindak lanjuti apakah itu dari balai konservasi maupun anggota dewan yang terhormat.” ujar Dondokambey.

“ Memang sesuai keterangan yang disampaikan mereka, kondisi disana saat terjadi bencana cuaca sangat ekstrim dimana curah hujan sangat tinggi bahkan hampir seminggu secara terus menerus, selain itu topografi di wilayah tersebut rata-rata gunung dan lembah  sehingga ketika curah hujan tinggi menyebabkan aliran permukaan sangat kencang. “terangnya.

Ditegaskannya dari segi pengawasan illegal loging meski ditengah situasi pandemic covid 19 Dishut tetap melakukan pengawasan secara ketat, namun  tidak bisa dipungkiri ada saja oknum tidak bertanggung jawab yang lolos dari pengawasan.

“ Bisa saja itu terjadi yang namanya illegal loging, makanya saat itu saya langsung perintahkan buat analisa penutupan lahan dan bersama –sama UPT Kementerian kehutanan DP DAS mengambil data-data titik koordinat bencana longsor, dampak luasan banjir dan foto udara  untuk menganalisa penyebab sehingga secara teknis kami memilik data. Bisa saja dengan kondisi cuaca ektrim ini hutan lahan yang dimanfaatkan masyarakat untuk pertanian dan pekebunan berpengaruh, semua ini kami analisa secara holistic, “ jelas Dondokambey.

Dari analisis sementara yang dimiliki  Dishut  Sulut terdapa 12 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdampak yakni DAS Pilolahunga, Inosota, Milangodaa, Sinandaka, Koroisi, Minanga Tangagah, Salongo, Molibagu, Tolondadu, Tabilaa, Sinawan Motoben, dan Pinolosian.

Dari sisi curah hujan mencapai 198mm/hari  (sangat lebat) kapasitas pengaliran sangat kecil, tanah jenuh air, debit puncak cepat tercapai, sehingga tidak mampu ditampung badan sungai. Topografi dominan curam/sangar curam, jarak antara hulu dan hilir relatifpendek ,bentuk DAS memanjang  memiliki karakteristik debit puncak datang cepat dan penurunan cepat.

Diketahui Sekretaris Komisi 1 DPRD Sulut Muhammad Wongso yang berasal dari daerah pemilihan (Dapil) Bolaang Mongondow Raya menyoroti bencana banjir bandang yang terjadi di Bolsel disinyalir akibat aktifitas penebangan hutan secara illegal di wilayah tersebut.

“Tanah longsor dibeberapa titik pun menjadi masalah serius yang pastinya harus segera di seriusi pemerintah, dalam hal ini Dinas Kehutanan Provinsi Sulut,” kata Wongso, (3/8-20) diruang kerjanya.

Wongso juga mendesak Dinas Kehutanan Sulut untuk pro-aktif  dalam melakukan pengawasan terhadap oknum yang melakukan pengerusakan hutan. (stem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *