Pengucapan Desa Wori, Jamuan Makannya di Manado

Minut365 views

Acara jamuan makan dalam rangka Pengucapan syukur di desa Wori ini terpaksa harus dipindahkan di Kelurahan Buha Kecamatan Mapanget kota Manado.(foto: ist)

MINUT, JURNAL6
Kearifan lokal daerah Sulawesi Utara yaitu Pengucapan Syukur yang digelar oleh warga Desa Wori Kecamatan wori Kabupaten Minahasa Utara Minggu (28/06) 2020 menyisakan kisah pilu bagi sebagian warganya.  Oleh pemerintah desa dan tokoh agama serta tokoh masyarakat pengucapan syukur digelar oleh warga desa dengan tidak melibatkan warga dari luar desa dengan alasan untuk mencegah berjangkitnya Covid-19 di desa tersebut.

Pintu masuk ke desa tersebut dijaga oleh sejumlah masyarakat dan sejumlah militer dari Kompi Kavaleri. Hal tersebut otomatis membuat banyak warga yang berkunjung saat itu harus kecewa dan balik kanan.

“Sangat disayangkan kearifan local seperti ini harus berubaholeh karena kekuatiran terhadap menyebarnya Covid-19. Padahal Pergub nomor 44 terhadappedoman Adaptasi Kebiasaan Baru(AKB) Menuju Masyarakat Produktif dan Aman (MP2A) Covid-19 telah diterbitkan sejak 23 Juni lalu,” sesal seorang warga yang harus kembali memutar akibat tidak diberi akses masuk.

Kondisi ini tidak membuat seorang warga Desa Wori wilayah Ilo-Ilo “putus akal” dirinya yang sudah terlanjur menjadwalkan rapat Rukun Keluarga Besar Massie (RKBM) digelar di kediamannya terpaksa memindahkan jamuan makan yang rencananya digelar usai rapat.

“Saya memindahkan rapat sekaligus jamuan makan pengucapan syukur ini di rumah kerabat dekat saya di Kelurahan Buha Kecamatan Mapanget Kota Manado. Yah persiapan masakan yang sudah dimasak istri saya takutnya basi dan tidak ada yang makan. Pintu masuk dijaga oleh militer dari Kikav,” tukas Penny lesu.

Meski demikian hatinya terhibur karena berpindahnya jamuan makan tersebut tidak mengurangi sukacita ucapan syukur keluarganya di tengah pandemi covid-19. Karena para tamu juga tetap dengan senang hati menerima kondisi tersebut.

“Kami sebenarnya hanya akan menggelar rapat untuk membahas program intern rukun  kami di desa Wori, tapi tidak diperbolehkan masuk. Terpaksalah kami pindahkan di sini,” tukas Linda Massie sambil tersenyum.(Paul Wo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *