Virus Corona Dan Hari Sabat


Penulis : Pdt Raymond Lohonauman

Hari ini dunia bersedih karena begitu banyak korbat akibat virus Corona. Dunia berteriak dan menangis karena korban semakin hari semakin banyak. Dimana-mana terdengar hiruk pikuk orang dengan panik berteriak, “cuci tanganmu!” “Lockdown!” “Jangan keluar rumah!” “Jangan ke gereja!” “Hidup sehat!” dan berbagai teriakan peringatan lainnya.

Jika ada impian terbesar dunia hari ini adalah, VAKSINASI AJAIB NAN MUJARAB penghenti laju corona. Jika ditanya mengapa? Ya karena gara-gara corona banyak yang kehilangan mata pencarian, banyak bisnis lesu dan gagal, banyak transaksi bisnis gagal. Pasar lesu, daya beli lemah, ekonomi parah, lihat saja Indonesia hari ini, dollar bisa sampai 16,000 sekian. Penyakit, ekonomi, uang, bisnis.

Dengan keadaan seperti ini, beramai-ramai orang berteriak, “tutup gereja segera!” “jangan ada yang ke gereja!” Dalam kondisi seperti ini, seruan seperti ini sah-sah saja, dan tidak dianggap tabu, karena memang pemerintah menyerukan, masyarakat sedang resah, dari pihak gereja-pun memberikan keluasan. Tidak ada yang patut dipersalahkan dengan seruan ini.

Mungkin Sabat ini, saudara memutuskan tidak ke gereja atas nama corona, dan sedang sendirian dirumah untuk menghabiskan jam-jam peribadatan seorang diri (kalau memang masih ada niat untuk beribadah), tanpa ditemani oleh ketua jemaat, tidak ada diakon disitu yang memungut persembahan, tidak ada lagu special, tidak ada doa syafaat, bahkan tidak ada khotbah, hanya saudara sendirian.

Namun dalam kondisi yang parah dan kacau seperti ini menghadapi epidemic global ini, ijinkan saya membawa pikiran saudara kepada kisah masa lalu, yang dicatat dalam 1 Raja 19, yakni kisah tentang Elia. Dia hari itu, sama seperti anda hari ini, Elia sendirian. Hanya bedanya, dia bersama bangsanya sudah mengalami kesulitan hidup selama 3 tahun akibat kekeringan dan kelaparan, dan baru berhenti, sedangkan kita baru mau 3 bulan memasuki masa epidemic corona dan belum ada tanda-tanda berhenti. Dia sama seperti kita, hari ini, menyendiri karena takut akan bahaya kematian. Hanya bedanya, dia takut mati karena akan dibunuh Ahab dan Izebel, sementara kita takut kena corona yang bisa berakibatkan kematian kalau tidak sembuh. Tapi sama-sama kita sedang mengisolasikan diri.

Mari bayangkan diri kita sama seperti Elia hari itu, lalu tiba-tiba datanglah TUHAN kepada kita. Dan TUHAN bertanya kepada kita dengan pertanyaan yang sama seperti kepada Elia hari itu, “Apakah kerjamu disini, hai Elia (boleh sebutkan nama anda)” dan yang menarik 2 kali pertanyaan yang sama ditanyakan Allah kepada Elia dan 2 kali Elia jawab dengan jawaban yang sama dengan penekanan yang sama, “AKU BEKERJA SEGIAT-GIATNYA BAGI TUHAN ALLAH SEMESTA ALAM, KARENA ORANG ISRAEL MENINGGALKAN PERJANJIANMU.”

Tentu kalau pertanyaan itu ditanyakan kepada kita saat ini, jawaban yang ada beragam karena kondisi kita masing-masing berbeda. Kalau ditanya “apakah kerjamu disini?” kepada mereka yang sedang ketakutan karena wabah corona ini dan berusaha menjaga kondisi kesehatannya, maka jawabannya adalah, “aku disini sebagai langka antisipasi agar tidak ketularan corona,” ok tidak salah jawaban ini. “aku disini karena pemerintah menyerukan supaya tidak keluar rumah saat ini dan gereja mendukung akan hal ini,” benar, itu sudah tepat, tidak ada yang akan menyalahkanmu. “aku disini supaya tidak membawa penyakit kepada orang lain atau sebaliknya aku terjangkit penyakit karena orang lain,” ok, itu tindakan yang bijaksana. “Kita jangan sok-sok kuat dan terlalu mengandalkan Tuhan sehingga mengabaikan amaran yang sudah diberikan melalui pemerintah dan gereja!” oh itu benar sekali, kita harus support pendapat ini.

Tapi jauh sebelum corona ini terjadi, dan sebelum ini menjadi epidemic global, mari bertanya dalam diri kita sendiri menyangkut hari Sabat. Apakah sebelum adanya corona ini, kita memang benar-benar senang ke gereja tiap hari Sabat? Jika harus memilih (sebelum ada corona), mana yang lebih kita pilih, tinggal dirumah atau pergi ke gereja jika hari Sabat tiba? Perasaan apa yang selama ini ada dalam benak kita menyangkut pergi ke gereja pada hari Sabat, apa karena terpaksa, atau memang kita senang ke gereja. Jangan lupa, diantara mereka yang tidak mau ke gereja karena takut bahaya corona, terdapat juga mereka yang memang tidak suka akan gereja. Ada yang menginginkan bencana corona ini segera usai agar bisnisnya kembali normal, dollar kembali normal, pekerjaan dan penghasilannya kembali normal tapi bukan sama sekali untuk alasan rohani. Teriakannya sama, “tutup gereja!” Tapi siapa yang bisa menebak dan menentukan siapa-siapa mereka? Tidak seorangpun bisa menentukannya. Tapi itu bukan urusan kita. Ada yang lebih penting dari sekedar menyatakan “tutup gereja!”

Hari ini sulit untuk mendeteksi, (sesulit pemerintah untuk mendeteksi orang-orang yang sudah kena virus ini dan kemana arah penyebarannya sekarang) siapa-siapa yang benar-benar tidak ke gereja karena memang alasan yang patut atau justru memanfaatkan kesempatan ini untuk tidak ke gereja. Hanya engkau dan Tuhan-lah yang tahu hatimu. Tapi ijinkanlah Tuhan bertanya pertanyaan yang sama seperti kepada Elia hari itu, “apakah kerjamu disini?” Perhatikan disini, dalam kisah ini (tentu kita bisa memberi alasan, kondisi kita hari ini tidak sama dengan Elia, betul itu! tapi ini perlu diperhatikan) Allah sama sekali tidak menunjukkan ekpresi keprihatinan terhadap Elia dengan kata-kata, “oh kasihan ya kamu Elia, ya udah, klo gitu kamu terus disitu sampai semuanya aman lalu Aku akan memberikan instruksi selanjutnya, tidak, tidak sama sekali. Tidak ada kata-kata seperti itu, walaupun Elia 2 kali menyatakan jawaban yang sama terhadap 2 kali pertanyaan yang sama dari TUHAN. Dalam hal ini seakan-akan Elia ingin mengatakan, “Tuhan, apakah Engkau tidak melihat dan memperhatikan aku sebagai seorang pekerja keras, yang selalu bekerja bagi Tuhan dan sekarang dalam bahaya besar, ancaman kematian!”

Baca baik-baik, dan renungkan dalam-dalam makna kata-kata perintah Tuhan kepada Elia dalam 1 Raja 19:15,16 “Pergilah, kembalilah ke jalanmu…(dan selanjutnya diberikan instruksi, baca baik-baik intruksi Allah).” Dalam terjemahan lain kalimatnya seperti ini, “I want you to go back to Israel the way you came….” (Aku mau engkau kembali ke Israel di jalan dimana engkau datang sebelumnya)……Jangan dulu cepat-cepat mengambil kesimpulan, “maksudnya saya disuruh kembali lagi ke gereja, kembali beraktivitas di tengah-tengah masyarakat dan orang-orang disaat wabah corona merajalela dimana-mana, kesimpulan yang tidak bijaksana jika seperti itu!”

Apapun pilihan yang kita buat hari ini, orang-orang diluar gereja kita sedang memperhatikan kita, seperti apa orang Advent nantinya, apakah terjangkit atau tidak. Hari ini kita belum bisa mengatakan dengan tepat bahwa tidak ke gereja atau kegereja adalah keputusan yang tepat karena belum terlihat hasilnya. Tapi ijinkan saya memberi pandangan pada sisi yang lain. Bertahun-tahun, gereja Advent dianugerahkan sebuah pekabaran akhir zaman yang sangat-sangat luar biasa. Di satu sisi, kita diberikan pekabaran mengenai tanda-tanda akhir zaman yang mungkin tidak dimiliki oleh denominasi lainnya dan pada sisi yang lain, kepada kita diberikan pekabaran tentang kesehatan dengan sangat-sangat fenomenal. Newstart. Seharusnya dengan pekabaran dan kehidupan seperti dalam pekabaran itu, hari-hari seperti ini adalah pembuktian akan betapa bermanfaatnya kehidupan yang mengikuti seperti pola yang Tuhan sampaikan. Diluar dari dunia sedang menantikan vaksinasi anti corona, pekabaran yang dituliskan dalam tulisan-tulisan Ny White tentang Newstart adalah resep yang luar biasa. Pencegahan yang paling ampuh terhadap penyakit adalah daya tahan tubuh, daya tahan tubuh yang luar biasa adalah hasil dari pola hidup Newstart dan Newstart ini tidak hanya berbicara meluluh tentang masalah makanan saja, tetapi seluruh pola hidup yang berkaitan dengan kesehatan tubuh, yakni makanan (Nutrition), olahraga/gerak badan (Exercise), air yang sehat (Water), sinar matahari (Sunshine), pertarakan dan pengendalian diri (Temperance), udara yang sehat (Air), istirahat yang cukup (Rest) dan Percaya kepada Tuhan (Trust in God).

Hari ini, hari Sabat, betul kita sedang mengisolasikan diri karena takut dengan corona, tapi jangan lupa, sampaikan kepada orang lain tentang pekabaran kesehatan ini, kalaupun tidak harus dengan bersentuhan dengan orang, bagikan itu melalui media-media. Kalaupun tidak kepada banyak orang, kepada beberapa saudara atau teman kita dan yang terpenting, kita sendiri harus menjadi buktinya. Ingat, kekristenan itu tidak hanya soal keselamtan diri sendiri, tetapi juga peranan dan tanggung jawab kita terhadap keselamatan orang lain. Diluar sana, ada banyak orang yang membutuhkan pekabaran kita. Karena itu, Firman Tuhan berkata: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu…. I want you to go back to Israel the way you came…untuk memberitakan pekabaran penting ini. Ingat tidak ada peristiwa yang diijinkan Tuhan terjadi, dimana Dia tidak memiliki maksud untuk penyelamatan jiwa-jiwa. Dan Allah tidak mau kita menjadi orang yang selfish, yang hanya mementingkan diri kita sendiri saja. Ketika Sodom dan Gomora hampir binasa, Lot masih diberi kesempatan untuk menyelamatkan orang-orang dikota itu sekalipun mereka akhirnya menolak dan binasa. Saat Nineweh yang jahat itu, hampir dimusnakan, Tuhan mengirimkan Yunus untuk membawa pekabaran, sebelum Yerusalem dibinasakan tahun 70 Masehi, Yesus sudah memberi amaran. Dan hari-hari ini, dunia hampir dibinasakan, dan epidemic ini terjadi dan diijinkan Tuhan ada ditengah-tengah kita, untuk membawa pekabaran penting ini. Soal mereka menolak akhirnya dan binasa, itu urusan mereka, tetapi kita sudah bekerja untuk keselamatan mereka.

Apakah kerjamu disini hai Elia? (sebutkan nama kita), jika kita upayakan keselamatan bagi orang lain, kita tidak akan ragu untuk menjawab seperti jawaban Elia saat itu, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam…”

Anggaplah Sabat ini saat kita mengisolasikan diri, adalah seperti Elia saat itu, tetapi juga sama seperti Elia, kita diberi tugas untuk menyelamatkan orang lain. Dari Surabaya kami ucapkan selamat Sabat, selamat berbakti (dimanapun kita berada saat ini). Doa kami, kiranya Sabat depan akan ada orang yang akan kita saksikan, bersyukur karena pekabaran yang kita sampaikan kepada mereka.

(ONAl GAMPU )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *