‘Cukong’ PETI Potolo Sakti, Pasukan Kapolda Sulut Dihadang Saat Tertibkan Tambang

Hukrim136 views

Amurang, Jurnal6
Upaya Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Utara (Sulut), Irjen Pol Royke Lumowa, menutup Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Potolo, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), terganjal kekuatan ‘cukong’. Disinyalir, ‘permainan orang kuat’ di belakang aktivitas tambang emas beromset miliaran rupiah itu, jadi penggerak. Kekuatan korps Bhayangkara Republik Indonesia pun dibuat nyaris tak berdaya.

Teranyar, kabar akan turunnya Kapolda Sulut ke lokasi PETI Potolo di wilayah Tanoyan, disambut hadangan massa. Entah siapa yang mengomandoi, ratusan massa berkumpul di Pasar Tanoyan untuk menghalangi penertiban, Selasa (17/3/2020). Suasana di lokasi pun jadi mencekam.

Menurut pengakuan warga, mereka sengaja menghadang rombongan Kapolda yang akan menutup lokasi tambang. Tujuannya, mereka menginginkan solusi dari pihak kepolisian.

“Informasi, bapak Kapolda, hari ini akan datang tertipkan tambang. Kita akan hadang sebelum ada solusi,” ujar warga Tanoyan, seperti dilansir pada laman PortalBMR.

Rencana warga menghadang Kapolda Sulut dan tim, tak membuahkan hasil. Pasalnya, Kapolda Sulut dan rombongan, dikabarkan melalui rute lain dan tidak melalui Tanoyan. Masih menurut info, Kapolda dan pasukannya sampai ke lokasi tambang dan melakukan penutupan.

Tidak berhasil menghadang Kapolda, massa kemudian mulai anarki. “Kami lihat warga mulai anarkis saat mendengar Kapolda Sulut telah berada di lokasi tambang Potolo. Warga yang sedari pagi merasa terkecoh, mulai mencari pelampiasan amarah,” ungkap Fandi Rafa, wartawan TV one yang ikut melakukan peliputan di Desa Tanoyan.

Mirisnya, kemarahan warga dilampiaskan kepada Ronny Bonde, salah seorang wartawan yang meliput penertiban PETI oleh Kapolda. ”Kami melihat ada salah satu warga sempat menarik rekan kami wartawan dan dibawa ke kerumunan massa. Korban dihajar banyak orang, hingga pada akhirnya salah satu yang mungkin masih keluarga korban yang saat itu ada di lokasi langsung melerai dan melindungi korban,” terang Fandi dan diaminkan Rahman, wartawan Kompas TV serta Juandri Paputungan, wartawan TV Indosiar.

Korban, ketika dihubungi, mengakui penganiayaan tersebut. “Tiba-tiba saja saya didatangi salah satu warga dan memeluk dan langsung dibawa ke arah massa. Mereka menuduh saya sering memberitakan tentang lokasi tambang Potolo. Saya dipukul, dua handphono saya diambil. Beruntung ada keluarga saya memberanikan diri dan mengambil saya dari kerumunan masa,” ujar Ronny saat melaporkan kejadian itu di Polres Bolmong.

Kejadian penghadangan Kapolda Sulut serta penganiayaan wartawan saat penertiban PETI di Potolo, menjadi bukti bahwa ada ‘kekuatan besar’ yang mengendalikan tambang emas illegal itu. “Kalau tidak ada backing dari aktivitas tambang itu, tidak mungkin tim kepolisian dari Polda Sulut berani dihadang,” kata Dolfie Mangindaan, pemerhati lingkungan di Sulawesi Utara.

Hingga berita ini diturunkan, Kapolda Sulut belum bisa dikonfirmasi soal penertiban tersebut.(rul mantik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *