Forwas Gelar Dialog Perbatasan Cegah Radikalisme

Minsel367 views

Sangihe-, Jurnal6
Forum Wartawan Sangihe (Forwas) menggelar Dialog Perbatasan Cegah Radikalisme di Kepulauan Terluar Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kegiatan ini digelar Kamis (27/2/2020) di ruang serbaguna Sekretariat Daerah Kabupaten (Setdakab) Sangihe.

Dialog tersebut dilakukan, mengingat saat ini paham radikalisme adalah suatu ideologi, gagasan atau paham dengan cara ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ekstrim. Inti dari tindakan radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang diinginkan. Kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan tersebut dalam tempo singkat dan secara drastis serta bertentangan dengan sistem sosial yang berlaku.

Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme karena kelompok radikal dapat melakukan cara apapun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tidak sepaham dengan mereka. 

Walaupun banyak yang mengaitkan radikalisme dengan Agama tertentu, pada dasarnya radikalisme adalah masalah politik dan bukan ajaran Agama.

Apalagi Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan negara tetangga Filipina.

Ketua Panitia Dialog Perbatasan Cegah Radikalisme Paulus Sosrony Serang mengatakan, dilaksanakannya kegiatan ini untuk mencegah radikalisme yang ada di Pulau terluar, khususnya di Kabupaten Kepulauan Sangihe. 

“Berdasarkan pemikiran yang ada sekarang, bahwa isu-isu radikalisme saat ini lagi hangat-hangatnya baik secara global maupun secara nasional. Kita sebagai warga perbatasan tentu mewaspadai hal ini, seperi apa yang kita inginkan bahwa mencegah lebik baik dari pada mengobati ketika terjadinya paham masuk ke daerah kita,” ujar Serang. 

Hari ini dijelaskan Serang, Forwas bersepakat bersama dengan para Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, Siswa, Mahasiswa untuk menangkal dan mencegah radikalisme agar tidak menjamur atau tidak tumbuh di daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe.

“Bahkan secara terus menerus untuk memberi pemahaman kepada masyarakat, bahaya dari radikalisme itu sendiri dan bersepakat melakukan Deklarasi bersama menolak paham radikalisme, untuk tidak ada di tanah tampungang lawo yang secara langsung berbatasan dengan negara tetangga Filipina,” jelas Serang.

Ditambahkannya, bahwa sebagai daerah perbatasan menjadi lintasan orang-orang yang terpapar, maupun yang ingin bergabung dengan paham-paham radikalisme tersebut, yang ada di daerah atau negara tetangga Filipina.

“Berharap kami dapat memberikan feedback yang baik ke masyarakat, memberi pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya ini dan kedepan diharapkan ada lembaga lain selain Forwas, atau siapa saja yang berbeban untuk melakukan diskusi seperti dialog ini, untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tentang bahayanya radikalisme itu, bila ada dan bertumbuh di tengah-tengah kita,” pungkas Serang.(Ady)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *