Temui WNI di Philipina, Gaghana Serahkan Bantuan Rp40 Juta untuk Gereja dan Masjid

Sangihe197 views

Sangihe, Jurnal6
Kunjungan Bupati Kabupaten Sangihe, Jabes Gaghana ke Philipina, membawa banyak manfaat.  Gaghana tidak hanya membuka peluang kerja dan bisnis, tapi bisa memberikan kepastian kewarganegaraan buat Warga Negara Indonesia (WNI) yang menetap puluhan tahun di Mindanau Philipina.

Uniknya, sebagian WNI di Philipina masih melestarikan bahasa Sangihe dalam aktifitasnya sehari-hari. Namun, mirisnya status kewarganegaraannya masih mengambang. Banyak yang bingung menentukan sikap untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Philipina (WNP).

Dari 10 ribuan warga Indonesia di Mindanau, 2.600 jiwa telah menjadi WNP, 2.763 jiwa memilih status WNI. Itu dibuktikan dengan perekaman KTP yang dilakukan Konjen RI di Davao.

Pendeta Ailin Arbaan, keturunan WNI, mengucapkan terima kasihnya atas kehadiran Pemkab Sangihe ke General Santos dan mendengar langsung keluh yang dialami warga indonesia di Philipina. Selain itu, opini selama ini bahwa mereka kurang dipedulikan pemerintah Indonesia, langsung terbantahkan dengan sosialisasi soal pilihan untuk memilih status kewarganegaraan.

“Memang kami agak bingung untuk memilih, sebab sudah keturunan ketiga kami menetap di Mindanau. Kerinduan  akan kembali ke Indonesia sangat besar dan itupun terganjal aturan. Kini  kami akan mengambil sikap dengan pendataan yang dilakukan oleh pihak Konjen di Tahun lalu,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Jamaluddin yang merupakan Imam Masjid di Saranganiyang berasal dari Kampung Naha, Tabukan Utara, juga membeberkan soal border crosing yang  membatasi aktifitas mereka ketika hendak pulang ke kampung halaman.

“Kami  dibatasi soal angkutan barang jika akan kembali pulang ke Sangihe. Semoga kehadiran pemerintah ini dapat memberikan solusi terbaik bagi kami semua,” harapnya.

Sementara, Bupati Kepulauan Sangihe Jabes Ezar Gaghana pada esempatan itu  mengajak seluruh warga  Indonesia keturunan Sangihe untuk dapat menyatakan sikap dalam memilih  kewarganegaraan. Hal tersebut sudah diakomodir oleh Konjen RI di Davao.

“Sangat sulit bagi pemerintah untuk melegalkan warga keturunan jika masuk ke Sangihe untuk melakukan berbagai aktifitas, karena status kewarganegaraannya belum jelas. Ada berbagai program yang dilakukan Konjen dan harus di taati agar semua harapan yang diutarakan dapat kami  tindak lanjuti,” jelas Gaghana.

Ditambahkannya, di Konjen RI sekarang ini sudah ada petugas Imigrasi dan Kementrian Catatan Sipil yang bertugas melakukan pendataan. Sistemkerjanya jemput bola. Itu dilakukan agar masalah kewarganegaraan segera tuntas.

“Segera tentukan status warga negara Jika memang WNI pasti akan lebih mudah untuk melakukan aktifitas di Indonesia, kalau abu-abu pasti akan bermasalah nantinya. Kami  hadir ke Gensan juga untuk menjalin berbagai kerjasama di berbagai bidang,” tandas Gaghana.

Dalam kunjungan itu, rombongan bertatap muka dengan tokoh agama dan masyarakat Sangihe di Philipina. Gaghana memberikan bantuan pembangunan Gereja sebesar Rp30 juta dan Rp10 juta untuk masjid. Uang itu hasil dari sumbangan pengusaha dan  rombongan warga Indonesia yang datang di General Santos.(Ady)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *