Boeing Akui Kecacatan Piranti Lunak Pesawat Type 737 MAX, Sudah Tewaskan 346 Penumpang

Internasional205 views

BOEING mengakui adanya kecacatan dalam piranti lunak simulator penerbangan pelatihan pilot 737 MAX. Managemen perusahaan ini mengatakan, simulator tidak mampu mereplikasi kondisi penerbangan tertentu yang berkontribusi pada kecelakaan Lion Air JT610 yang menewaskan 189 penumpang pada Oktober 2018 dan Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 penumpang pada Maret 2019. Dengan alasan itu, Boeing melakukan perbaikan pada perangkat lunak jenis pesawat tersebut.

Seperti dilansir dari Al Jazeera pada Sabtu 18 Mei 2019, Boeing mengatakan telah melakukan koreksi pada bagian yang bermasalah itu. “Boeing telah melakukan koreksi pada perangkat lunak simulator 737 MAX dan telah memberikan informasi tambahan kepada operator perangkat untuk memastikan bahwa pengalaman simulator itu representatif di berbagai kondisi penerbangan,” kata Boeing.

Pengakuan itu menandai pertama kalinya Boeing mengakui ada cacat desain pada perangkat lunak yang terkait dengan 737 MAX.

Perangkat lunak lain, yang berkaitan dengan mekanisme anti-stall atau MCAS, telah disebut sebagai salah satu faktor pada kecelakaan Ethiopian dan Lion Air –menurut laporan awal dari lembaga penyidik keselamatan penerbangan di Ethiopia dan Indonesia. Namun, Boeing tidak secara terbuka mengakui alat itu sebagai penyebab tunggal kecelakaan.

Boeing mengklaim pada Kamis, 16 Mei 2019 bahwa pihaknya telah menyelesaikan pembaruan perangkat lunak pada pesawat 737 MAX. Klaim perbaikan pada sistem anti-stall Boeing 737 MAX, yang dianggap sebagai faktor penyebab jatuhnya Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302, kini harus memenangkan persetujuan dari regulator AS dan internasional.

“Dengan keamanan sebagai prioritas utama, kami telah menyelesaikan semua uji rekayasa terbang terkait pembaruan perangkat lunak, dan kini sedang mempersiapkan sertifikasi penerbangan akhir,” kata Kepala Eksekutif Boeing Dennis Muilenburg.

“Seluruh kecelkaan tersebut memacu kami untuk meningkatkan komitmen pada nilai-nilai utama kami, termasuk keselamatan, kualitas, dan integritas, karena kami tahu kehidupan (dalam perjalanan udara) bergantung pada apa yang kami lakukan,” lanjut Muilenburg.

Otoritas penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA), juga membeberkan kecacatan pada pesawat Boeing Type 737 MAX. Seperti dilansir di laman merdeka.com, sejumlah pesawat Boeing 737 MAX dan Next Generation (NG) kemungkinan mengalami komponen yang cacat atau tidak diproduksi dengan benar. Komponen tersebut membutuhkan penggantian.

FAA melanjutkan, terdapat 148 bilah ‘leading edge slat’ (permukaan aerodinamis di ujung depan sayap pesawat) buatan pemasok Boeing yang terpengaruh, mencakup 133 pesawat tipe Next Generation (NG) dan 179 jenis MAX di seluruh dunia. Menurut otoritas, kegagalan produksi komponen itu akan menyebabkan kerusakan pesawat dalam penerbangan.

Bilah adalah panel yang dapat bergerak yang memanjang di bagian depan sayap pesawat selama tinggal landas dan mendarat.

Menurut FAA, Boeing telah mengidentifikasi kelompok pesawat dengan seri 737 NG dan 737 MAX yang dicurigai telah terpasang komponen yang tidak diproduksi dengan benar. Mengutip The Straits Times, di antaranya termasuk 32 pesawat tipe NG dan 33 Boeing 737 MAX di Amerika Serikat.”Bagian-bagian yang terpengaruh mungkin rentan terhadap kegagalan prematur atau retak akibat proses pembuatan yang tidak tepat,” kata FAA.

FAA akan mengeluarkan Arahan Kelayakan Udara (Airworthiness Directive) yang meminta Boeing untuk mengidentifikasi dan menghilangkan komponen-komponen yang bermasalah itu. Operator perusahaan pesawat itu akan diminta melakukan tindakan ini dalam 10 hari.Boeing 737 MAX saat ini berstatus tengah ditangguhkan untuk terbang, sejak Maret 2019 lalu. Langkah itu diambil sebagai respons atas kecelakaan fatal Ethiopian Airlines ET302 dan Lion Air JT610, yang keduanya menewaskan 346 orang.(jrl/mdk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *