Gagal Rebut Adipura, Lumentut – Bastiaan Bertekad Akhiri ‘Kutukan’ Banjir Bandang

Manado, Jurnal6
Euforia Adipura masih terasa di Kota Bitung, Kabupaten Sangihe dan Kota Kotambagu. Suksesnya tiga daerah di Sulawesi Utara (Sulut) meraih penghargaan tingkat nasional itu, jadi bahan pembicaraan ratusan ribu orang. Sebaliknya, daerah yang belum mendapatkan Adipura, menuai cibiran.

Salah satu kota langganan Adipura yang gagal memperolehnya, yakni Kota Manado. Dalam beberapa tahun, piala Adipura tak lagi pernah ‘nongol’ di Kota Manado. Malah sebaliknya, pemerintah pusat ‘menganugerahi’ Kota Manado sebagai kota terkotor.

Penilaian ‘kurang mengenakkan’ ini melecut Pemerintah Kota Manado untuk melakukan pembenahan. ‘Kutukan’ banjir bandang menggagalan Kota Manado untuk meraih Adipura, segera diakhiri. Pembenahan pun mulai dilakukan di segala lini.

Menurut Walikota Manado DR Ir GS Vicky Lumentut SH MSi DEA, saat ini bersama Wakil Walikota Manado, Mor Bastiaan, sedang membenahi kota. Tujuannya, tidak lagi sekadar merebut Adipura, namun bertujuan menciptakan lingkungan yang bersih dan masyarakat yang sehat. “Saya bersama Wakil Walikota, pak Mor Bastiaan, bertekad untum membenahi Kota Manado, menjadikan kota ini makin hari makin bersih. Yang mana, tujuan kami bukan Adipura, tetapi menjadikan lingkungan yang bersih dan masyarakat yang sehat,” kata Lumentut saat menghadiri peresmian renovasi SD Katolik 10 Santo Fransiskus Buha, Kecamatan Mapanget, Jumat (18/1/2019).

Untuk mewujudkan itu, sejumlah langkah strategis digelar. Yang baik ditingkatkan, yang belum ter-cover ditambah. “Seperti saat ini yang sudah kita lakukan, yaitu dengan meningkatkan jumlah motor sampah di setiap lingkungan. Petugas (Kepala Lingkungan, red) saat bekerja langsung turun lapangan menjemput sampah yang ada di rumah-rumah penduduk,” ujar Lumentut.

Walikota dua periode ini tak menampik status kota kotor oleh pemerintah pusat. Namun, menurut Lumentut, ada kendala alam serta faktor lain penyebabnya. Itu pun sudah mulai dibenahi. “Mengenai penilaian Manado Kota kotor, kenapa ? karena persoalan TPA,” ungkap Lumentut.

Dia menjelaskan, pada 2014, Kota Manado diterjang banjir bandang. Jutaan ton sampah tercipta saat terjangan banjir bandang yang menghebohkan itu. TPA Sumompo pun dipaksa mengabaikan sistem sanitary landfill untuk menampung tumpukan sampah yang menggunung. “Hal itu mengakibatkan penumpukan sampah yang tinggi. Sementara salah satu syarat untuk penilaian Adipura adalah TPA (Tempat Pembuangan Akhir, red) yang menggunakan sistem sanitary landfill. Dalam kondisi saat ini, TPA Sumompo sudah tidak memungkinkan lagi untuk diadakan sanitary landfill,” imbuhya.Soal TPA Sumompo, kata Lumentut, tidak lagi memungkinkan untuk terus dimanfaatkan. Pasalnya, lokasi TPA Sumompo sudah penuh. “Sudah sepantasnya ada TPA yang baru, dan yang lama ditutup. Dan terkait TPA, sudah ada TPA regional, yang berlokasi di Minahasa Utara,” ungkap Lumentut.

Ditambahkan Lumentut, ada beberapa lokasi yang akan  ditempatkan alat pembakar sampah. ” Itu akan segera direncanakan matang. Semoga Kota Manado makin maju, bersih dan sehat, serta aman dan tenteram,” pungkas Lumentut.(rul mantik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *